Kontraksi Ekonomi RI Lebih Kecil dari G20 dan AseanPT Kontak Perkasa Futures - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan jika defisit fiskal dan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kecil dibandingkan negara-negara G20 dan Asia Tenggara. Ini menunjukkan jika tekanan ekonomi Indonesia masih lebih moderat dibandingkan negara lain.
"Kalau dibandingkan negara lain dengan kontraksi lebih dalam dan defisit yang mereka keluarkan lebih besar, maka posisi Indonesia itu menunjukkan defisit kita relatif lebih kecil dan kontraksi ekonomi lebih rendah dibandingkan negara lain," ujarnya dalam acara BUMN Digital, Rabu (16/12). Tahun ini, pemerintah menargetkan defisit fiskal sebesar 6,34 persen dari PDB, setara Rp1.039,triliun. Angka defisit itu semakin dalam dari target awal 1,76 persen dari PDB atau Rp307,2 triliun. Sementara itu pertumbuhan ekonomi diramal minus 0,6 persen sampai minus 1,7 persen. Jauh lebih rendah dari target awal yaitu 5,3 persen. Pelebaran defisit dan pemangkasan target pertumbuhan ekonomi itu disebabkan pandemi covid-19. Namun, ia menyatakan negara-negara anggota G20 maupun Asia Tenggara justru mengalami defisit lebih lebar dan kontraksi ekonomi lebih dalam. Misalnya, India diperkirakan tahun ini mengalami kontraksi ekonomi lebih dari minus 10 persen dan defisit fiskal mendekati 15 persen dari PDB. Selanjutnya, Brasil diperkirakan tahun ini mengalami kontraksi ekonomi mendekati minus 6 persen dan defisit fiskal lebih dari 15 persen dari PDB. Negara tetangga, Malaysia diperkirakan tahun ini mengalami kontraksi ekonomi minus 6 persen dan defisit fiskal lebih dari 5 persen dari PDB. Baca Juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas Tak jauh beda, Thailand diperkirakan tahun ini mengalami kontraksi ekonomi sekitar minus 7 persen dan defisit fiskal 5 persen dari PDB. Lalu, Filipina diperkirakan tahun ini mengalami kontraksi ekonomi lebih dari minus 8 persen dan defisit fiskal sekitar 8 persen dari PDB. Namun, bendahara negara memastikan pemerintah tidak akan terlena. Ia menyatakan pemerintah akan fokus untuk menjaga indikator pemulihan ekonomi yang mulai muncul bisa terus berlanjut. "Ini yang perlu kami pelajari, apa yang perlu kami pertahankan dan apa yang perlu kami akselerasi. Kalaupun ada kebijakan PEN yang belum sempurna kami harus lakukan penyempurnaan dan terus jaga agar covid-19 bisa dijaga dari sisi penyebarannya," tuturnya. Comments are closed.
|
About Us
Archives
February 2022
|