Kontak Perkasa - Bank Indonesia (BI) merilis data utang luar negeri (ULN) Indonesia kuartal I-2018 sebesar US$ 358,7 miliar atau setara dengan Rp 5.021 triliun. Jumlah ini tumbuh 8,7%.
Pertumbuhan utang itu melambat jika dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 10,4%. Jumlah utang ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 184,7 miliar atau sekitar Rp 2.585 triliun. Kemudian untuk utang swasta tercatat US$ 174 miliar atau sebesar Rp 2.436 triliun. Menanggapi hal tersebut Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menjelaskan jika dikonversi ke rupiah maka jumlah ULN akan mengalami peningkatan meskipun sebenarnya pertumbuhan melambat. Baca juga : 2018, Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka "ULN itu sebenarnya dalam dolar AS, tapi kalau dikonversi itu ada efek dan selisih nilai tukarnya. Kelihatannya kurang bagus memang jadi naik," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Selasa (15/5/2018). Lana menjelaskan, melambatnya pertumbuhan utang ini terjadi karena sektor swasta yang mengerem laju penarikan utang dari luar negeri. Menurut dia, swasta tak berani mengambil pinjaman di tengah kondisi nilai tukar yang sedang berfluktuasi seperti ini. "Biasanya swasta tidak berani ambil utang, bank pemberi kreditnya juga tidak berani. Kecuali kredit modal kerja. Atau eksportir yang merangkap jadi importir," ujar dia. Dia mencontohkan, untuk eksportir yang merupakan importir misalnya pengusaha sepatu untuk memenuhi kebutuhan ekspor namun ia juga membutuhkan impor untuk bahan baku. Pengusaha ini memiliki rekening bank di luar negeri dan pendapatan serta pembayarannya menggunakan dolar AS, sehingga ia tidak terpapar risiko kurs. "Nah pengusaha semacam ini tidak terpengaruh kurs yang naik turun, karena pendapatannya tetap dolar AS. Lalu mereka juga sudah punya invoice yang jelas untuk beli bahan baku atau jadwal ekspornya," ujar dia. Melambatnya pertumbuhan ULN swasta terjadi akibat sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas dan uap air panas. Pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan pada kuartal I 2018 tercatat 4,4% dan 19,3% lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Sementara itu untuk pertumbuhan ULN sektor pertambangan meningkat dan pertumbuhan ULN sektor keuangan relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya. Bank sentral menyebutkan perkembangan ULN ini tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Ini terlihat dari rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2018 yang tercatat di kisaran 34%. Baca juga : Ini Investasi yang menarik di Tahun Politik Sementara itu berdasarkan jangka waktu, ULN Indonesia akhir kuartal I 2018 tetap didominasi ULN jangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total ULN. "BI bersama pemerintah terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN untuk mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman. Comments are closed.
|
About Us
Archives
February 2022
|