Kontak Perkasa - Diagnosa penyakit asma menggunakan Gas Chromatography (GC) membutuhkan biaya yang sangat mahal. Itu yang membuat Dr Ir Hari Agus Sujono MSc mengembangkan alat bernama Hidung Elektronik untuk mendeteksi asma lebih akurat dan dengan biaya terjangkau.
Penelitiannya tersebut ia tuangkan dalam disertasi doktoralnya di Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Menurut Hari, hingga saat ini pengembangan teknologi pemantauan medis dan metode diagnosa yang biasa digunakan masih didasarkan pada komposisi cairan pada manusia seperti darah dan urine. "Meskipun cara tersebut memiliki akurasi yang sangat tinggi serta biaya yang terjangkau, namun memerlukan waktu yang lama dan berbahaya bagi pasien dan petugas," kata pria yang juga memperoleh gelar sarjananya di ITS, Senin (18/2/2019). Kemudian metode diagnosa lain yang juga tengah berkembang yakni diagnosa udara pernapasan. Metode ini memanfaatkan sampel udara yang diambil dari pasien, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui perubahan konsentrasi senyawa tertentu. Diagnosa udara pernapasan membutuhkan Gas Chromatography (GC) untuk mendiskriminasi dan mengidentifikasi molekul-molekul yang ada dalam campuran gas. Namun sayangnya, biaya diagnosa dengan metode tersebut membutuhkan kocek yang terbilang besar, yakni mencapai puluhan juta rupiah. Baca juga : Ini Investasi yang menarik di Tahun Politik Selain itu, proses pengambilan sampel dan pengujiannya juga terbilang rumit. Maka dari itu, di bawah bimbingan Dr Muhammad Rivai ST MT dan Prof Dr Muhammad Amin dr SpP(K), dosen tetap Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) itu mengusulkan alternatif lain yang lebih murah dan bersifat portabel, yakni Hidung Elektronik. "Dengan menggunakan deret sensor gas dan Support Vector Machine (SVM), sistem ini mampu bekerja dengan cepat dalam menirukan cara kerja manusia," kata Hari dalam siaran pers yang diterima detikcom melalui Humas ITS, Selasa (19/2/2019). Menurut Hari, Hidung Elektronik yang ia kembangkan dalam penelitian ini menggunakan tujuh buah sensor gas tipe Metal Oxide Semiconductor (MOS). Seperti sensor Karbondioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen (H2), NO, H2S, NH3 dan VOC. "Setiap sensor digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa di dalam udara pernapasan yang mengindikasikan adanya asma pada subjek," imbuhnya. Hidung Elektronik beroperasi dalam tiga tahap untuk menghasilkan keseluruhan respon sensor dengan total 150 detik. Hasil tersebut lebih cepat daripada diagnosa menggunakan GC yang memerlukan waktu beberapa hari. Selain itu, Hari juga menegaskan, Hidung Elektronik bisa menekan biaya diagnosa hingga 90 persen. Meski demikian, Hari menyadari jika alat yang ia kembangkan masih perlu dikembangkan. Terutama pada sensitivitas dan selektivitas dari sensor yang digunakan. Hari berharap alat yang ia kembangkan dapat dioptimalkan sehingga dapat segera digunakan oleh masyarakat. Memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang menderita asma dengan lebih akurat dan biaya yang lebih terjangkau. Comments are closed.
|
About Us
Archives
February 2022
|