PT Kontak Perkasa Futures - Industri otomotif merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, bahkan pada 2017 lalu sektor ini menyumbang 10,16 % PDB (Produk Domestik Bruto). Industri otomotif juga menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 350 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sekitar 1,2 juta orang.
Di awal tahun 2020 ini industri otomotif Tanah Air mendapat cobaan berat seturut terjadinya pandemi virus corona di dunia, yang kini juga telah mewabah di Indonesia. Beberapa merek otomotif yang punya fasilitas perakitan di Indonesia pun menghentikan sementara operasional pabriknya. Ada juga beberapa merek yang mengurangi kapasitas produksi. "Karena rantai pasokan terganggu, pabrik-pabrik perakitan terpaksa memakai stok parts dari distributor lokal. Karena terbatasnya stok parts di dalam negeri, akhirnya mereka tidak dapat menyelesaikan proses perakitan produknya," bilang pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, kepada detikOto, Minggu (5/4/2020). Menurut Yannes, pabrik mobil dan motor yang berhenti sementara waktu karena wabah corona, akan menimbulkan dampak negatif ke berbagai sektor. "Produksi yang terganggu membuat barang tidak dapat dikirim ke dealer. Bayangkan, setiap keterlambatan produksi, tiap pabrikan mengalami kerugian miliaran rupiah, tinggal dikalikan berapa puluh industri otomotif yang ada di Indonesia, mulai dari yang local content-nya 85% sampai yang kisaran 10-15%," lanjut Yannes. Efek negatif ini, menurut Yannes, juga akan menyasar para distributor resmi kendaraan, termasuk dealer. Stok kendaraan mereka yang siap dijual akan terganggu, sehingga dealer mendapatkan komplain dari para konsumen. "Lalu stok kendaraan yang mereka miliki semakin sulit dijual akibat seruan pemerintah pada masyarakat agar diam di rumah. Masyarakat yang awalnya pegang uang untuk beli kendaraan baru saat Idul Fitri, akhirnya mengalihkan uangnya untuk beli kebutuhan pokok dalam jumlah besar," jelas akademisi dari Institut Teknologi Bandung itu. Baca Juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas Menurut Yannes, krisis ini akan semakin berlarut-larut, saat masa darurat bencana akibat virus corona diperpanjang hingga Mei 2020. Suasana ekonomi yang tidak pasti, membuat masyarakat semakin menahan pembelian produk kebutuhan tersier, termasuk kebutuhan akan kendaraan bermotor. "Jika pembelian terhenti, maka dealer pun tidak dapat melakukan pemesanan kendaraan untuk diproduksi oleh pihak pabrikan. Pabrik akan terganggu produksinya, sedangkan karyawan yang harus digaji begitu besar jumlahnya. Ini kemudian jadi beban berat perusahaan. Apabila bekepanjangan, dengan terpaksa mereka mulai merumahkan karyawannya dengan pemotongan gaji, bahkan bukan tidak mungkin, hingga PHK," ujar Yannes. Comments are closed.
|
About Us
Archives
February 2022
|