Dampak Bank Syariah Indonesia ke Hidup Wong Cilik PT Kontak Perkasa Futures - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI pada hari ini, Senin (1/2). Ini merupakan bank syariah terbesar di Indonesia dari hasil merger tiga bank syariah BUMN.
Merger membuat BSI memiliki aset mencapai Rp240 triliun dan modal inti Rp22,6 triliun. Sementara pembiayaan tembus Rp157 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) alias simpanan Rp210 triliun. Dari dana jumbo ini, Jokowi berharap BSI akan memberi manfaat besar kepada masyarakat. Tidak hanya kepada sektor syariah, namun juga ekonomi masyarakat secara nyata. "Saya menaruh harapan besar agar BSI juga memberikan kontribusi besar ke ekonomi syariah yang dapat menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia," kata Jokowi saat peresmian BSI di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (1/2). Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengamini harapan Jokowi. Menurutnya, secara nyata memang seharusnya pembentukan BSI akan bisa memberi manfaat langsung ke masyarakat. Khususnya para Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) alias wong cilik. Sebab, menurut riset yang pernah dilakukannya, nilai pembiayaan dari bank syariah ke sektor UMKM jauh lebih besar daripada bank konvensional. Menurutnya, bank konvensional umumnya lebih mengalokasikan dana yang dimiliki untuk penyaluran kredit korporasi dan komersial. Maklum saja, ini sejalan dengan prinsip bank yang mengutamakan bisnis dan profit. Sementara bank syariah umumnya lebih mengedepankan penggerakan ekonomi dan keuangan umat. Baca Juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas "Jadi kalau bicara manfaat riil tentu tujuannya semakin banyaknya pembiayaan untuk sektor UMKM, karena sekarang pun perbandingannya jauh lebih besar syariah untuk UMKM daripada konvensional," kata Yusuf kepada CNNIndonesia.com. Untuk itu, ia melihat BSI bisa menjadi harapan baru bagi akses dan sumber pembiayaan yang lebih besar dan luas kepada para wong cilik. Apalagi, penggabungan ketiga bank syariah BUMN membuat aset, modal inti, dan kemampuan pembiayaan semakin kuat. "Ini momentum baru untuk punya harapan untuk dorong kinerja para UMKM ke arah yang lebih baik, apalagi saat pandemi seperti ini," tuturnya. Dampak lebih lanjutnya, kebangkitan UMKM tentu akan memberi kontribusi juga ke perekonomian nasional. Sudah jadi rahasia umum bahwa usaha kecil merupakan penopang ekonomi tanah air. "Ini juga bisa meningkatkan penetrasi pasar dari UMKM itu sendiri karena sumber modal mereka jadi kuat," imbuhnya. Tak hanya itu, secara riil BSI juga memungkinkan perluasan produk keuangan syariah di masyarakat. Ini tentu akan memperkaya produk keuangan di Indonesia yang saat ini masih didominasi oleh produk keuangan konvensional. Produk-produk keuangan syariah pun punya prospek diminati karena Indonesia memiliki populasi penduduk muslim yang besar. Dampak terusannya, ini bisa meningkatkan literasi dan inklusi keuangan nasional. Kendati begitu, Ekonom dari Perbanas Institute Piter Abdullah Redjalam punya pendapat berbeda. Menurutnya, secara jangka pendek, kehadiran BSI tidak langsung berdampak ke masyarakat. "Kalau bermanfaat langsung ke nasabah dan masyarakat saya kira tidak ya, tidak akan ada perubahan drastis dalam satu dua hari karena merger-nya bank-bank syariah milik negara. Semua akan sama saja, layanan kepada nasabah akan sama saja, tidak akan berubah, apalagi kepada masyarakat," ungkap Piter. Menurutnya, dampak nyata dari pembentukan BSI saat ini masih lebih dinikmati oleh bank sebagai pelaku bisnis dalam jangka pendek. Jadi bukan langsung ke masyarakat. Pasalnya, merger dan pembentukan BSI memungkinkan Indonesia punya bank syariah dengan aset dan modal yang cukup besar. "Sehingga mampu untuk beroperasi secara lebih efisien dan mampu bersaing. Kita harus ingat perbankan adalah industri padat modal," jelasnya. Tapi, bank syariah yang kuat bisa membantu perkembangan bisnis halal di Indonesia. Pada akhirnya, juga bisa berkontribusi pada perekonomian dalam negeri secara jangka panjang. Comments are closed.
|
About Us
Archives
February 2022
|